Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Unhasy, Ratih Asmarani hadiri pameran bertajuk “Aposteriori: Seni Nusantara” yang telah digelar oleh Mahasiswa Program Studi S3 Pendidikan Seni Universitas Negeri Semarang bekerja sama dengan Disbudpar Kota Semarang, pada 23 – 25 Mei 2024 di gedung Oudetrap Kota Lama Semarang.
Aposteriori, Seni Nusantara merupakan kemasan pameran data seni, seminar dan pertunjukan seni yang terselenggara berkat kolaborasi antara mahasiswa S3 Pendidikan Seni Unnes, Disbudpar Kota Semarang, Asosiasi Pendidik Seni Indonesia (APSI), komunitas dan seniman Semarang.
Aposteriori (belajar dari pengalaman-red) merupakan medan ekspresi, keterpanggilan, kajian apresasi-kritis dan keterbukaan insan kampus mahasiswa doktoral pendidikan seni terhadap dalam ragam seni Nusantara dengan problematikanya yang khas dan dinamis. Berdasarkan apresiasi dan keterbukaan penelitian ini, maka mahasiswa program doktoral pendidikan seni melakukan pameran penyajian data dengan tema “Aposteriori: Seni Nusantara.”
“Tema ini pula nantinya akan direspon oleh para seniman/perupa Semarang melalui karya seni dan turut dipamerkan di Gd. Oudetrap Kota Lama,” terang Rahman Athian, panitia bidang pameran dan kuratorial.
Dr. Agus Cahyono, selaku koordinator program studi S3 Pendidikan Seni Universitas Negeri Semarang mensupport kegiatan pameran ini sebagai sumbangsih kampus terhadap kelestarian seni Nusantara melalui kajian dan pameran seni yang serius.
Ratih Asmarani, mahasiswa S3 Pendidikan Seni Universitas Negeri Semarang sekaligus dosen di Universitas Hasyim Asy’ari Jombang merupakan salah satu peserta Pameran Data Aposteriori Seni Nusantara. Pada kegiatan tersebut Ratih menyajikan data penelitian disertasi yang berjudul “Inovasi Pembelajaran Tari Anak dengan Metode Mind Muscle Skill untuk Pengembangan Kepekaan Inderawi dan Estetik” dengan tim promotor Dr Agus Cahyono, M.Hum., Dr. Djuli Djatiprambudi, M.Sn., dan Dr Eko Sugiarto, M.Pd.
Penelitian itu mengkaji tentang fenomena pembelajaran seni tari pada siswa sekolah dasar di Kabupaten Jombang sebagai lokus penelitian. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran seni tari yang diajarkan di sekolah dasar masih belum sesuai dengan teori pendidikan seni dan teori dasar seni tari untuk anak usia sekolah dasar.
Pengakuannya, hasil di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran seni tari belum memberikan kebebasan berekspresi dan berapresiasi, lalu kepekaan inderawi dan estetik anak usia sekolah dasar juga belum tumbuh secara optimal. Dari sisi pendidik untuk di sekolah dasar mayoritas tidak memiliki kualifikasi pendidikan bidang pendidikan seni dan minimnya pengetahuan guru terhadap materi, tujuan, proses dan hakikat pendidikan seni tari bagi anak sekolah dasar, hal ini menjadikan keterbatasan kemampuan guru dalam mengembangkan kreativitas seni.
Dengan adanya kondisi tersebut, menurut Ratih, menyebabkan proses pembelajaran seni tari pada anak usia sekolah dasar yang berlangsung selama ini mulai dari perencanaan,materi pembelajaran seni tari, tujuan,proses kegiatan belajar mengajar sampai dengan hasil yang dicapai masih jauh dari tujuan pembelajaran seni tari yang kreatif, estetis, ekspresif, dan apresiatif.
“Berbekal dari kondisi inilah yang mendorong untuk melaksanakan penelitian dengan menghasilkan inovasi pembelajaran seni tari menggunakan metode mind muscle skill.” ungkap Ratih.
Ia menjelaskan bahwa konsep mind muscle skill dalam konteks pendidikan seni dapat merujuk pada hubungan antara pemahaman konseptual (pikiran) dan ketrampilan praktis (otot) dalam penciptaan karya seni. Pemahaman konseptual (mind) ini melibatkan proses kognitif, analisis, dan pemahaman atas gagasan-gagasan artistik, teori seni, sejarah seni, serta pemikiran konseptual di balik suatu karya pemahaman konseptual ini juga mencakup kemampuan untuk mengartikulasikan ide-ide kompleks, memahami konteks budaya, dan merancang konsep artistik.
Baginya keterampilan praktis (muscle) mencakup ketrampilan teknis dan praktis dalam menciptakan karya seni, seperti kemampuan menggambar, melukis, memahat, atau menggunakan media tertentu. Ini tentang menggunakan tangan, mata, dan bagian tubuh lainnya untuk membuat karya seni yang diinginkan. Sangat penting dalam pendidikan seni untuk menggabungkan pengetahuan konseptual dengan keterampilan praktis.